Akhirnya saya bisa juga menyelesaikan tulisan tentang pengalaman Dive Trip ke Bunaken,Manado ini dari 28 Mei – 1 Juni 2011, setelah melewati berbagai peristiwa yang jelas akan merubah hidup saya dan juga dikejar - kejar oleh "editor".
So, lets begin the story.
Sama seperti perjalanan ke Raja Ampat pada bulan April yang lalu, saya hanya kenal 2 orang dari seluruh teman perjalanan ( pada awalnya ya ), yaitu Ronald Soefajin ( instruktur saya di Raja Ampat ) dan Dian Herring ( Sepupu saya yang saya “racunin” untuk ikut ).
Teman – teman yang lain baru saya kenal ketika berkumpul di Bandara Soetta untuk berangkat.
Pada Sabtu 28 Mei pagi hari sekitar pukul 08.00, kami berkumpul di terminal 1C, untuk berangkat menuju Manado menggunakan Batavia Air. Kali ini, “anggota tim” terdiri dari saya, Ronald Soefajin, Firman Cahyadi, Frans Widjaja, Yongki Satya dan Dian Herring.
Kami semua sampai di mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado sekitar pukul 14.00, yang kemudian kami lanjutkan untuk makan siang seafood di tengah kota. Selesai makan siang sekitar pukul 16.00, kami berangkat menuju hotel Sedona ( di arah pantai Malalayang, Manado ) sebagai tempat menginap sekaligus landbase diving trip kami yang akan dipandu oleh Minahasa Dive Center.
Pada awalnya, kami merencanakan untuk melakukan Check Out dive di sekitar hotel. Akan tetapi, karena sudah terlalu sore, kami batalkan rencana itu untuk kemudian menikmati sunset di pantai sekaligus mengunjungi kantor Minahasa Dive Center yang terletak di pantai belakang hotel.
Keesokan harinya, dengan menggunakan kapal kayu dari Minahasa Diver sebagai Dive Station, kami memulai Dive Trip Bunaken ini dengan melakukan penyelaman di Fukui Point. Dive pertama ini digunakan sekaligus untuk “perkenalan” sehingga dipilih dive site yang mudah.

Selain itu kelompok kami juga ketambahan 2 orang suami istri yg merupakan wisatawan asal manca negara asal Thailand. Akan tetapi, mereka menggunakan guide yang berbeda dengan kami.
Bagi saya pribadi, saya gunakan dive pertama ini sebagai test drive untuk Dive Comp Suunto D4 saya yang baru dibeli (hehehehe).


Sempat ada insiden, yaitu di akhir penyelaman, tiba-tiba underwater housing kamera saya berembun di bagian dalam dan terlihat ada air yang menggenang di dalam. Untungnya, saat itu kami semua sedang melakukan safety stop di kedalaman 5 m.
Sesampai di atas kapal, saya putuskan, untuk mengistirahatkan kamera saya di hari itu.
Setelah melakukan Surface Interval, kami melakukan penyelaman kedua di Dive site bernama Muka Kampung, dan masih di sekitaran pulau Bunaken. Dinamakan seperti ini karena titik penyelamannya tepat berada di depan sebuah kampung.


Yang pertama, hanya sekedar berenang melewati kami. Dari penglihatan saya, penyunya berjenis Penyu Hijau dengan diameter sekitar 80 - 90 cm. Sedangkan penyu yang kedua yang membuat saya takjub, dan ternyata memang menjadi daya tarik di titik penyelaman disini. Saat melakukan penyelaman, seorang guide menunjuk ke arah dinding karang yang kemudian terlihat seekor penyu raksasa sedang beristirahat di sebuah cerukan pada kedalaman belasan meter.
Penyu ini terlihat sangat tenang meskipun kami berfoto di jarak yang sangat dekat. Beberapa teman saya yang sudah pernah bertemu dengan penyu ini, menamakan penyu ini dengan nama : Uncle Tom.
Penyu ini terlihat sangat tenang meskipun kami berfoto di jarak yang sangat dekat. Beberapa teman saya yang sudah pernah bertemu dengan penyu ini, menamakan penyu ini dengan nama : Uncle Tom.
Penyu ini kemungkinan dari jenis penyu hijau dan berdiameter antara 100 – 120 cm, dan kemungkinan umurnya sudah puluhan tahun.
Setelah puas berfoto ria bersama Uncle Tom, kami tinggalkan penyu raksasa nan magis ini dan berharap jangan ada tangan – tangan diver yang berusaha mengganggu penyu ini. 
Selain itu, kami juga bertemu Lion Fish kecil berwarna putih yang entah bagaimana, “bertengger” di dasar laut berdampingan dengan Stone Fish yang menyamar dengan sempurna. Disini kami juga menemukan banyak nudibranch dengan berbagai jenis, ukuran dan warna, serta ribbon eel warna hitam dan biru - kuning.

Penyelaman di Bulo I ini yang menutup penyelaman kami di hari pertama
Penyelaman hari kedua kami mulai dengan melakukan wreck dive di dive site bernama Molas Ship Wreck. Lokasiny lebih dekat ke arah Manado.

Dan, tentu saja saya beranikan diri untuk membawa turun kamera saya setelah semalaman saya bersihkan.
Kami melakukan water entry untuk kemudian turun dituntun oleh seutas tali mooring yang terikat ke buoy dari jirigen di permukaan. Tali ini sepertinya sengaja di pasang untuk menuntun penyelam menuju lokasi bangkai kapal karena letaknya yang dalam.

Masih belum banyak coral di bangkai kapal ini. Ikan – ikanny juga sedikit, “hanya” beberapa batfish dan ikan kecil dari jenis yang saya tidak tahu. Sedikit terobati, karena seorang guide menunjukkan beberapa Long-nose Hawkfish di sebuah softcoral yang terletak di ujung haluan kapal ini. Ikan ini adalah pemakan Nudibranch.


Setelah beristirahat dan mengawasi arus yang cenderung makin kuat, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan penyelaman kedua di Mandolin Point daripada Ron’s point jelas sekali arusnya kencang disana.


Begitu melakukan water entry, dan saya melihat kebawah, yang saya lihat cuma pasir dan beberapa tumbuhan laut. Saya langsung berpikir: “apa yang akan saya lihat disini? Pasti akan jadi penyelaman yang membosankan”.

Setelah dari penyelaman di City Extra, kami semua dibawa kembali ke Dive Center untuk beristirahat sebentar dan melakukan surface interval sebelum melanjutkan penyelaman malam di tempat yang sama dan melihat salah satu jenis ikan eksotis yang sedang mating alias kawin. Selain itu, kami juga mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk penyelaman malam seperti senter dan light stick. Setelah matahari terlihat mulai meredup, kami berangkat menuju City Extra dive site.



Setelah 63 menit, kami menyudahi penyelaman dengan kedalaman maksimal 9,4 m dan rata – rata 7,2 m.


Tetapi masih sempatmelihat kanan kiri pemandangan di dive site ini. Giant Sea Fan, tumbuhan laut yang pangkalny berwarna merah, beberapa jenis ikan karang. Dan yang membuat saya tertarik adalah banyakny ikan Red Fire Goby ato biasa disebut Dart Fish.


Pemandangannya hampir sama dengan Muka Kampung tetapi wallny lebih berkelok kelok. Jadi sedikit memacu adrenaline karena seperti masuk dalam gang yang buntu. J

Ada beberapa insiden yang terjadi pada saya ketika menyelam di dive site ini. Yang pertama, seperti di Mandolin point, kami harus berbalik arah karena arus yang agak kencang. Ketika itu, reef di sebelah kiri kami, kemudian kami harusberbalik arah dengan reef di sebelah kanan kami. Semenjak itu, kita sedikit drifting dengan arus.


Penyelaman di dive site ini kami lakukan selama 56 menit dengan kedalaman maksimum 21,3 m dan rata – rata 12,2 m.

Belajar dari pengalaman hari sebelumnya, saya benar – benar pasang mata untuk melihat fauna – fauna yang kecil – kecil dan menyamar dengan sempurna dengan lingkungannya. Dan benar saja, begitu saya turun dan sampai di dasar, cukup sebentar saja saya sudah menemukan seekor Seahorse berwarna hijau tua berukuran 10 cm. Kami juga sempat menemukan Boxfish seukuran satu ruas ibu jari, dwarf lion fish, round bat fish, ghostpipefish, octopus, mimic octopus, frog fish seukuran satu ruas ibu jari, napoleon eel, dan kepiting yang entah apa jenisnya dengan diameter 20 cm.

Pada penyelaman terakhir ini, kami menyelam selama 71 menit dengan kedalaman rata – rata 3,9 m dan maksimal 6,6 m.
Kami ( setidaknya saya ) menutup hari itu dengan senyum penuh kemenangan dan ketakjuban.
Malam itu juga, setelah makan malam, kami langsung transfer dan saling bertukar semua foto yang kami hasilkan,yang akan saya share juga di sini.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 1 Juni, adalah hari yang menurut saya adalah hari yang membuat saya malas, yaitu hari dimana saya harus packing semua dive gear dan peralatan foto saya. Kami semua harus mengambil dive gear kami masing – masing di Dive Center yang memang setelah penyelaman terakhir, langsung dibersihkan dan dijemur disana.
Setelah melakukan packing, kami bergerak menuju bandara. Kami pun sempat mampir untuk beli oleh – oleh berupa sambel roa, sambel tuna, panada dan klapertaart.
Sore itu pun, kami terbang kembali ke Jakarta, membawa oleh – oleh, baik berupa makanan, foto dan cerita.
Terima kasih kepada Dian Herring, Ronald Soefajin, Frans Widjaja, Firman Cahyadi, Yongki Satya atas perjalanan yang penuh canda tawa dan sharing pengalamanmenyelam masing - masing.
Kira – kira,kemana lagi ya Dive Trip saya??
The whole object of travel is not to set foot on foreign land; it is at last to set foot on one's own country as a foreign land. ~G.K. Chesterton
notes :
Foto - foto diambil dari koleksi Ronald Soefajin, Firman Cahyadi, Frans Widjaja, Yongki Satya dan saya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar