Minggu, 17 Juli 2011

The last 10 months...


Tiba – tiba kepikiran, sekitar 10 bulan terakhir ini, sepertinya hidupku lebih berwarna.

Semenjak keikutsertaan di tim SHOEBOX Project ( @shoeboxproject | http://shoeboxproject.wordpress.com ), aku menemukan teman sekaligus keluarga baru di kegiatan sosial. Dari perkenalan teman – teman Gema Damai di SHOEBOX Project ke 5 pada akhir Oktober 2010 di Pangalengan, hingga teman – teman dari berbagai komunitas sosial lainnya ( @JKTBerkebun, @Lovebooks, @G4Ljkt, dll ).

Kemudian, diikuti oleh keikutsertaanku dalam dive trip bersama @whatthefishorg ke Raja Ampat bulan April lalu, kemudian berlanjut ke Manado di akhir bulan Mei, terbukalah perkenalan aku dengan tim Indonesian Geographic ( www.indonesiangeographic.com | @igeographic ) hingga ajakan untuk menjadi tim di Indonesian Geographic.

Seperti gerbang yang selalu dibuka pintunya ketika aku masuk. Pujian dari Pinneng ( salah satu fotografer bawah air Indonesia | @pinneng ) yang mengomentari salah satu foto jepretan ku di Raja Ampat melalui akun facebook, hingga perkenalanku via twitter dengan mbak Dina ( @duaransel | www.duaransel.com ), salah satu “dedengkot” backpacker.

Jujur, aku tidak sabar menanti, pengalaman apa yang akan aku hadapi setelah ini.
Apakah aku bisa lebih menyebarluaskan pentingnya rasa berbagi melalui SHOEBOX Project?
Akankah keinginanku untuk berkeliling dan menyelami keindahan surba bawah air Indonesia terpenuhi?
Bisakah aku berbagi melalui kegiatanku, kerjaku bahkan sekedar tulisanku?
Hanya aku yang bisa menjawab dan membuktikannya.
Semoga ini bukan hanya sekedar menjadi angan belaka.
Dan semoga Tuhan tetap membuat kepalaku menunduk dan membuat bibirku selalu mengucap syukur.

Cilegon, 16 Juli 2011

Senin, 04 Juli 2011

Dive Story : Bunaken, Manado

Akhirnya saya bisa juga menyelesaikan tulisan tentang pengalaman Dive Trip ke Bunaken,Manado ini dari 28 Mei – 1 Juni 2011, setelah melewati berbagai peristiwa yang jelas akan merubah hidup saya dan juga dikejar - kejar oleh "editor".

So, lets begin the story. 





Sama seperti perjalanan ke Raja Ampat pada bulan April yang lalu, saya hanya kenal 2 orang dari seluruh teman perjalanan ( pada awalnya ya ), yaitu  Ronald Soefajin ( instruktur saya di Raja Ampat ) dan Dian Herring ( Sepupu saya yang saya “racunin” untuk ikut ).

Teman – teman yang lain baru saya kenal ketika berkumpul di Bandara Soetta untuk berangkat.



Pada Sabtu 28 Mei pagi hari sekitar pukul 08.00, kami berkumpul di terminal 1C, untuk berangkat menuju Manado menggunakan Batavia Air. Kali ini, “anggota tim” terdiri dari saya, Ronald Soefajin, Firman Cahyadi, Frans Widjaja, Yongki Satya dan Dian Herring.



Kami semua sampai di mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado sekitar pukul 14.00, yang kemudian kami lanjutkan untuk makan siang seafood di tengah kota. Selesai makan siang sekitar pukul 16.00, kami berangkat menuju hotel Sedona ( di arah pantai Malalayang, Manado ) sebagai tempat menginap sekaligus landbase diving trip kami yang akan dipandu oleh Minahasa Dive Center.



Pada awalnya, kami merencanakan untuk melakukan Check Out dive di sekitar hotel. Akan tetapi, karena sudah terlalu sore, kami batalkan rencana itu untuk kemudian menikmati sunset di pantai sekaligus mengunjungi kantor Minahasa Dive Center yang terletak di pantai belakang hotel.




Keesokan harinya, dengan menggunakan kapal kayu dari Minahasa Diver sebagai Dive Station, kami memulai Dive Trip Bunaken ini dengan melakukan penyelaman di Fukui Point. Dive pertama ini digunakan sekaligus untuk “perkenalan” sehingga dipilih dive site yang mudah.

Kelompok kami dipandu oleh 2 orang guide, yaitu Jacky sebagai Dive Master dan Rafly. Buddy saya adalah Dian, Ronald dengan Yongki, Firman dengan Frans.

Selain itu kelompok kami juga ketambahan 2 orang suami istri yg merupakan wisatawan asal manca negara asal Thailand. Akan tetapi, mereka menggunakan guide yang berbeda dengan kami.

Bagi saya pribadi, saya gunakan dive pertama ini sebagai test drive untuk Dive Comp Suunto D4 saya yang baru dibeli (hehehehe).



Fukui Point terletak di dekat pulau Bunaken, berbentuk wall yg tidak terlalu curam/vertikal, slope dan hill. Di awal penyelaman, kami menemukan 2 Giant Clamp berukuran 80 cm - 1 m. Soft dan hard coral di area ini juga masih bagus. Arus yang cukup tenang dan visibility sekitar 20 m, juga membuat segalanya mudah dalam penyelaman pertama ini.

Penyelaman di Fukui Point ini saya lakukan selama 54 menit dengan kedalaman rata-rata 13,1 m dan kedalaman maksimal 24,3 m.

Sempat ada insiden, yaitu di akhir penyelaman, tiba-tiba underwater housing kamera saya berembun di bagian dalam dan terlihat ada air yang menggenang di dalam. Untungnya, saat itu kami semua sedang melakukan safety stop di kedalaman 5 m.
Sesampai di atas kapal, saya putuskan, untuk mengistirahatkan kamera saya di hari itu.


Setelah melakukan Surface Interval, kami melakukan penyelaman kedua di Dive site bernama Muka Kampung, dan masih di sekitaran pulau Bunaken. Dinamakan seperti ini karena titik penyelamannya tepat berada di depan sebuah kampung.

Dive site ini berupa wall vertikal dan dalam. Kami melakukan penyelaman tepat dari atas dropped off, dimana soft dan hard coral di kedalaman 3-4 meter sudah terlihat cantik. Untuk yang tidak bisa diving, bisa melakukan snorkeling di Dive site ini. Pada penyelaman kedua ini, kami menyelam selama 50 menit, dengan kedalaman rata – rata 14 m dan maksimal 28,1 m.

Dan di dive site ini, selain soft&hard coral warna warni dan berbagai bentuk, serta ikan – ikan karang dan pelagis yang juga banyak & warna warni, kami juga bertemu dengan 2 ekor penyu yang kami jumpai secara terpisah.

Yang pertama, hanya sekedar berenang melewati kami. Dari penglihatan saya, penyunya berjenis Penyu Hijau dengan diameter sekitar 80 - 90 cm. Sedangkan penyu yang kedua yang membuat saya takjub, dan ternyata memang menjadi daya tarik di titik penyelaman disini. Saat melakukan penyelaman, seorang guide menunjuk ke arah dinding karang yang kemudian terlihat seekor penyu raksasa sedang beristirahat di sebuah cerukan pada kedalaman belasan meter.
Penyu ini terlihat sangat tenang meskipun kami berfoto di jarak yang sangat dekat. Beberapa teman saya yang sudah pernah bertemu dengan penyu ini, menamakan penyu ini dengan nama : Uncle Tom.

Penyu ini kemungkinan dari jenis penyu hijau dan berdiameter antara 100 – 120 cm, dan kemungkinan umurnya sudah puluhan tahun.
Setelah puas berfoto ria bersama Uncle Tom, kami tinggalkan penyu raksasa nan magis ini dan berharap jangan ada tangan – tangan diver yang berusaha mengganggu penyu ini. 


 
Dive ketiga kami lakukan di Dive site bernama Bulo I. Dive site ini terletak tidak jauh dari hotel dan di daratan Manado. Dinamakan Bulo I karena dekat dengan kampung Bulo dan ada 2 dive site di dekat kampung Bulo ini. Dive site ini berupa slope. Di awal penyelaman, kami bertemu Cuttle fish kecil dan ghostpipe fish, di dasar berupa karang – karang patah. 
 
Selain itu, kami juga bertemu Lion Fish kecil berwarna putih yang entah bagaimana, “bertengger” di dasar laut berdampingan dengan Stone Fish yang menyamar dengan sempurna. Disini kami juga menemukan banyak nudibranch dengan berbagai jenis, ukuran dan warna, serta ribbon eel warna hitam dan biru - kuning.

Penyelaman ketiga ini kami lakukan selama 60 menit dengan kedalaman rata – rata 11,6 m dan maksimum 19,2m.

Penyelaman di Bulo I ini yang menutup penyelaman kami di hari pertama





Penyelaman hari kedua kami mulai dengan melakukan wreck dive di dive site bernama Molas Ship Wreck. Lokasiny lebih dekat ke arah Manado.

Ini merupakan penyelaman wreck pertama saya jadi saya sedikit ragu – ragu. J Terutama setelah tahu bahwa bangkai kapalny terletak di kedalaman antara 27 – 35 m.

Dan, tentu saja saya beranikan diri untuk membawa turun kamera saya setelah semalaman saya bersihkan.

Kami melakukan water entry untuk kemudian turun dituntun oleh seutas tali mooring yang terikat ke buoy dari jirigen di permukaan. Tali ini sepertinya sengaja di pasang untuk menuntun penyelam menuju lokasi bangkai kapal karena letaknya yang dalam.

Kami menyelam semakin kebawah dengan panduan tali tersebut, dan tiba – tiba, mulai terlihat bayangan hitam besar di bagian dasar. Sempat kaget juga karena bangkai kapal itu seolah – olah muncul di depan saya. Mungkin saat itu visibility sekitar 10 m dan sedikit keruh karena banyak ubur – ubur kecil yang melayang di sekitar kita.

Masih belum banyak coral di bangkai kapal ini. Ikan – ikanny juga sedikit, “hanya” beberapa batfish dan ikan kecil dari jenis yang saya tidak tahu. Sedikit terobati, karena seorang guide menunjukkan beberapa Long-nose Hawkfish di sebuah softcoral yang terletak di ujung haluan kapal ini. Ikan ini adalah pemakan Nudibranch.




Sekitar hampir 15 menit bermain di area bangkai kapal, kemudian kami berenang menuju slope sekaligus untuk melakukan safety stop. Di slope tersebut, dasarny berupa lumpur dan di beberapa tempat terdapat karan - karang patah. Disini kami bertemu lion fish yang cukup besar, Moa Eel dan Nudibranch. 
Setelah melakukan safety stop di kedalaman 5 m dan menyelam selama 46 menit, kami mengakhiri penyelaman pertama di hari kedua ini. Pada penyelaman ini, maksimum kedalaman adalah 29,2 m dan rata – rata 17,2 m.







 
Setelah beristirahat dan mengawasi arus yang cenderung makin kuat, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan penyelaman kedua di Mandolin Point daripada Ron’s point jelas sekali arusnya kencang disana.
Dive site ini sama seperti Muka Kampung, yaitu berbentuk wall dengan soft&hard coral canti warna warni. Dari Giant Seafan warna putih dan merah, tumbuhan laut warna merah yang melambai terkena arus hingga mirip api hingga coral yang berbentuk seperti tabung seukuran orang dewasa.

Di dive site ini, selain ikan coral warna warni, kami juga bertemu Giant Napoleon Wrasse, Black tip shark, School fish of Trevally yang entah dari jenis yang mana, dan Scorpion Fish berbentuk daun berwarna putih. Selain itu, udang – udang kecil berwarna kuning, kepiting berbulu berwarna biru dan kepiting dengan strip kunin g- putih juga “menghiasi” penyelaman di dive site ini. Bahkan, salah satu guide kami ( Jakcy ) sempat bilang melihat eagle ray di kedalaman.

Ada sedikit insiden ketika kami menyelam di dive site ini. Sebelum melakukan penyelaman, dive master kami melakukan briefing dan menginstruksikan bahwa kami menyelam dengan reef di sebelah kiri. Saat menyelam, sekitar 10 menit, tiba – tiba arus sedikit menguat, sehingga dive master memerintahkan untuk berputar arah sehingga reef ada di sebelah kanan kami dan sedikit melakukan Drift Dive. Penyelaman kedua di hari kedua ini ditutup dengan safety stop di hamparan soft & hard coral warna warni di kedalaman 4 m. Penyelaman ini kami lakukan selama 49 menit, dengan kedalaman maksimum 25,6m dan rata – rata 12,8 m.



Kami kembali ke arah Hotel di daratan Manado untuk melakukan penyelaman ketiga di hari kedua ini. Lokasi penyelaman kami ini kira – kira terletak sekitar 100 m dari restoran bernama City Extra sehingga dijadikan pula sebagai nama dive site.Sesampainya di lokasi, dive master memberikan briefing bahwa kami akan melakukan muck dive. Dan sekali lagi, inilah pertama kalinya saya melakukan muck dive.


Begitu melakukan water entry, dan saya melihat kebawah, yang saya lihat cuma pasir dan beberapa tumbuhan laut. Saya langsung berpikir: “apa yang akan saya lihat disini? Pasti akan jadi penyelaman yang membosankan”.

Tidak beberapa lama, pikiran jelek saya langsung hilang begitu seorang guide menunjukkan sea horse berwarna hijau tua di dasar, diantara tumbuhan laut. Semenjak itu, seolah – olah mata saya terbuka bahwa banyak sekali fauna – fauna menarik di sini. Dwarf Lion fish berukuran ±10 cm, telur telur Cuttlefish yang menggantung di batu karang, Seahorse berwarna kuning, Round batfish, Stingray, hermit crab berdiameter hampir 20 cm, Flying Gurnard fish, Finned Snake Eel, Octopus sebesar kepalan tangan, mantis Shrimp, Udang kecil warna merah – putih yang menumpang di atas timun laut, kepiting berwarna putih yang berlindung di dalam anemon dan bulu babi alias sea urchin warna merah menyala, adalah beberapa jenis binatang yang membuat saya berkesan di dive site ini.

Kami melakukan penyelaman selama 56 menit dengan kedalaman maksimum 12,3 m dan rata – rata 6,4 m.







 
Setelah dari penyelaman di City Extra, kami semua dibawa kembali ke Dive Center untuk beristirahat sebentar dan melakukan surface interval sebelum melanjutkan penyelaman malam di tempat yang sama dan melihat salah satu jenis ikan eksotis yang sedang mating alias kawin. Selain itu, kami juga mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk penyelaman malam seperti senter dan light stick. Setelah matahari terlihat mulai meredup, kami berangkat menuju City Extra dive site.


Di awal penyelaman malam ini, kami menunggu di sebuah tumpukan patahan karang tanpa boleh menyalakan senter. Hal ini untuk mencegah Mandarin Fish takut untuk keluar dan kawin. Iya, ikan eksotis yang saya maksud adalah Mandarin Fish. Selama kami menunggu, guide kami menemukan gurita dan sebagian dari kami malah “bermain” dengan gurita itu.

Cukup lama kami menunggu si ikan cantik itu keluar dari sarangnya. Sekitar 30 menit menunggu, dive master kami mulai menunjuk ke arah tumpukan karang patah tersebut. Terlihat sekitar ada 4 – 5 ekor mandarin fish dimana yang paling besar panjangnya mungkin cuma sepanjang jari kelingking saya. Yang paling besar adalah yang betina, dan saya Cuma melihat 1 saja. Cara kawinnya juga lucu, yaitu Mandarin Fish jantan dan betina, menempelkan perutnya satu sama lain beberapa saat bersamaan dengan mengeluarkan sel telur dan sperma.

Di area tumpukan karang patah itu juga, saya dan dive master, menemukan sepasang Harlequin Prawn yang sangat jarang ditemukan. Menurut dive master kami, udang jenis ini selalu ditemukan berpasangan. Udang berukuran mini ( mungkin sekitar 1 cm saja ) ini sangat cantik,saya susah sekali mendeskripsikan warna dari udang ini. Yang pasti, udang ini bertotol totol warna kecoklatan.

Setelah 63 menit, kami menyudahi penyelaman dengan kedalaman maksimal 9,4 m dan rata – rata 7,2 m. 

 


Di hari ketiga,dive pertama kami lakukan di Tanjung Kopi, d sebelah timur utara pulau Manado Tua. Tanjung Kopi dive site ini berupa slope, dropped off dan wall. Menurut saya, coral di dive site ini kurang bagus dibandingkan dengan dive site yang saya selamin di hari – hari sebelumnya. 
Selain itu, di tengah – tengah penyelaman dan di kedalaman 10 m, sempat ada arus yang sedikit kuat yang bikin napas terengah – engah. 





Tetapi masih sempatmelihat kanan kiri pemandangan di dive site ini. Giant Sea Fan, tumbuhan laut yang pangkalny berwarna merah, beberapa jenis ikan karang. Dan yang membuat saya tertarik adalah banyakny ikan Red Fire Goby ato biasa disebut Dart Fish.  

Penyelaman disini,  kami lakukan selama 50 menit dengan kedalaman maksimal 29,6 m dan rata – rata 14 m.








 
Lekuan 2 Dive Site adalah tujuan kami berikutnya. Letaknya berada di Pulau Bunaken dan mungkin berjarak 100an meter dari bibir pantai. Sama dengan Mandolin point dan Muka Kampung, dive site ini menawarkan wall vertical dengan soft&hard coral yang indah.

Pemandangannya hampir sama dengan Muka Kampung tetapi wallny lebih berkelok kelok. Jadi sedikit memacu adrenaline karena seperti masuk dalam gang yang buntu. J

Kami sempat bertemu dengan seekor penyu hijau yang diameternya mungkin maksimal 1 meter . Kemudian stonefish dengan penyamaran sempurna, leaf scorpion fish berwarna putih dan pink, dan orang utan crab, merupakan beberapa fauna indah yang kami temui.

Ada beberapa insiden yang terjadi pada saya ketika menyelam di dive site ini. Yang pertama, seperti di Mandolin point, kami harus berbalik arah karena arus yang agak kencang. Ketika itu, reef di sebelah kiri kami, kemudian kami harusberbalik arah dengan reef di sebelah kanan kami. Semenjak itu, kita sedikit drifting dengan arus.

Insiden kedua adalah, saya sempat terseret up current ( arus ke atas ) ketika “menyebrangi” sebuah cekungan di wall. Selama 3 menit saya terdorong ke atas dari kedalaman 15 m hingga 4 m. Saya sudah mengosongkan BCD, bahkan sampai berenang menukik ke bawah, tapi masih tetap terseret ke atas, hingga saya sampai ke pinggir dinding tebing, barulah arus sedikit berkurang dan saya bisa turun lagi dan mengatur buoyancy kembali.

Insiden ketiga terjadi ketika sudah di permukaan, ketika menunggu kapal untuk mendekat ke arah kita. Tiba – tiba, tabung saya lepas dari strap di BCD. Untungnya, karena masi terhubung ke BCD melalui regulator, tabung ini tidak hanyut ato tenggelam. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalo ketika menyelam tabung ini lepas.

Penyelaman di dive site ini kami lakukan selama 56 menit dengan kedalaman maksimum 21,3 m dan rata – rata 12,2 m.






Penyelaman terakhir kembali kami lakukan di City Extra. Kali ini, penyelaman khusus ditujukan sebagai underwater macro photoshoot, alias bener – bener hunting “benda – benda” kecil. 

 
Belajar dari pengalaman hari sebelumnya, saya benar – benar pasang mata untuk melihat fauna – fauna yang kecil – kecil dan menyamar dengan sempurna dengan lingkungannya. Dan benar saja, begitu saya turun dan sampai di dasar, cukup sebentar saja saya sudah menemukan seekor Seahorse berwarna hijau tua berukuran 10 cm. Kami juga sempat menemukan Boxfish seukuran satu ruas ibu jari, dwarf lion fish, round bat fish, ghostpipefish, octopus, mimic octopus, frog fish seukuran satu ruas ibu jari, napoleon eel, dan kepiting yang entah apa jenisnya dengan diameter 20 cm.

Saking seriing menemukan fauna – fauna yang aneh, saya, buddy saya Dian, dan Firman menyelam keliling sendirian dan memisahkan diri dari guide di sekitaran dive site itu.

Pada penyelaman terakhir ini, kami menyelam selama 71 menit dengan kedalaman rata – rata 3,9 m dan maksimal 6,6 m.


Kami ( setidaknya saya ) menutup hari itu dengan senyum penuh kemenangan dan ketakjuban.


Malam itu juga, setelah makan malam, kami langsung transfer dan saling bertukar semua foto yang kami hasilkan,yang akan saya share juga di sini.



Keesokan harinya, tepatnya tanggal 1 Juni, adalah hari yang menurut saya adalah hari yang membuat saya malas, yaitu hari dimana saya harus packing semua dive gear dan peralatan foto saya. Kami semua harus mengambil dive gear kami masing – masing di Dive Center yang memang setelah penyelaman terakhir, langsung dibersihkan dan dijemur disana.

Setelah melakukan packing, kami bergerak menuju bandara. Kami pun sempat mampir untuk beli oleh – oleh berupa sambel roa, sambel tuna, panada dan klapertaart.

Sore itu pun, kami terbang kembali ke Jakarta, membawa oleh – oleh, baik berupa makanan, foto dan cerita. 


Terima kasih kepada Dian Herring, Ronald Soefajin, Frans Widjaja, Firman Cahyadi, Yongki Satya atas perjalanan yang penuh canda tawa dan sharing pengalamanmenyelam masing - masing.


Kira – kira,kemana lagi ya Dive Trip saya?? 


The whole object of travel is not to set foot on foreign land; it is at last to set foot on one's own country as a foreign land.  ~G.K. Chesterton

 notes :
Foto - foto diambil dari koleksi Ronald Soefajin, Firman Cahyadi, Frans Widjaja, Yongki Satya dan saya sendiri.
Foto lengkap bisa dilihat di sini dan di sini.